Monday, June 2, 2008

Kesehatan



Penyakit Autisme

A. DEFINISI
Autisme adalah suatu gangguan perkembangan yang kompleks, yang biasanya muncul pada usia 1-3 tahun. Tanda-tanda autisme biasanya muncul pada tahun pertama dan selalu sebelum anak berusia 3 tahun. Autisme 2-4 kali lebih sering ditemukan pada anak laki-laki.

B. ETIOLOGI
Penyebab yang pasti dari autisme tidak diketahui, yang pasti hal ini bukan disebabkan oleh pola asuh yang salah. Penelitian terbaru menitikberatkan pada kelainan biologis dan neurologis di otak, termasuk ketidakseimbangan biokimia, faktor genetik dan gangguan kekebalan.
Beberapa kasus mungkin berhubungan dengan: - Infeksi virus (rubella kongenital atau cytomegalic inclusion disease) - Fenilketonuria (suatu kekurangan enzim yang sifatnya diturunkan) - Sindroma X yang rapuh (kelainan kromosom).

C. GEJALA
Gejala autisme:
 gangguan interaksi sosial
 hambatan dalam komunikasi verbal dan non-verbal
 kegiatan dan minat yang aneh atau sangat terbatas.

Sifat-sifat lainnya yang biasa ditemukan pada anak autis:
 Sulit bergabung dengan anak-anak yang lain
 Tertawa atau cekikikan tidak pada tempatnya
 Menghindari kontak mata atau hanya sedikit melakukan kontak mata
 Menunjukkan ketidakpekaan terhadap nyeri
 Lebih senang menyendiri, menarik diri dari pergaulan, tidak membentuk hubungan pribadi yang terbuka
 Jarang memainkan permainan khayalan
 Memutar benda
 Terpaku pada benda tertentu, sangat tergantung kepada benda yang sudah dikenalnya dengan baik
 Secara fisik terlalu aktif atau sama sekali kurang aktif
 Tidak memberikan respon terhadap cara pengajaran yang normal
 Tertarik pada hal-hal yang serupa, tidak mau menerima/mengalami perubahan
 Tidak takut akan bahaya
 Terpaku pada permainan yang ganjil
 Ekolalia (mengulang kata-kata atau suku kata)
 Tidak mau dipeluk
 Tidak memberikan respon terhadap kata-kata, bersikap seolah-olah tuli
 Mengalami kesulitan dalam mengungkapkan kebutuhannya melalui kata-kata, lebih senang meminta melalui isyarat tangan atau menunjuk
 Jengkel/kesal membabi buta, tampak sangat rusuh untuk alasan yang tidak jelas
 Melakukan gerakan dan ritual tertentu secara berulang (misalnya bergoyang-goyang atau mengepak-ngepakkan lengannya)
 Anak autis mengalami keterlambatan berbicara, mungkin menggunakan bahasa dengan cara yang aneh atau tidak mampu bahkan tidak mau berbicara sama sekali. Jika seseorang berbicara dengannya, dia akan sulit memahami apa yang dikatakan kepadanya. Anak autis tidak mau menggunakan kata ganti yang normal (terutama menyebut dirinya sebagai kamu, bukan sebagai saya).
 Pada beberapa kasus mungkin ditemukan perilaku agresif atau melukai diri sendiri.
 Kemampuan motorik kasar/halusnya ganjil (tidak ingin menendang bola tetapi dapat menyusun balok).
Gejala-gejala tersebut bervariasi, bisa ringan maupun berat. Selain itu, perilakuanak autis biasanya berlawanan dengan berbagai keadaan yang terjadi dan tidak sesuai dengan usianya.

D. DIAGNOSA
Autisme tidak dapat langsung diketahui pada saat anak lahir atau pada skrining prenatal (tes penyaringan yang dilakukan ketika anak masih berada dalam kandungan). Tidak ada tes medis untuk mendiagnosis autisme. Suatu diagnosis yang akurat harus berdasarkan kepada hasil pengamatan terhadap kemampuan berkomunikasi, perilaku dan tingkat perkembangan anak.
Karakteristik dari kelainan ini beragam, maka sebaiknya anak dievaluasi oleh suatu tim multidisipliner yang terdiri dari ahli saraf, psikolog anak-anak, ahli perkembangan anak-anak, terapis bahasa dan ahli lainnya yang berpengalaman di bidang autisme. Pengamatan singkat dalam satu kali pertemuan tidak dapat menampilkan gambaran kemampuan dan perilaku anak. Masukan dari orang tua dan riwayat perkembangan anak merupakan komponen yang sangat penting dalam menegakkan diagnosis yang akurat.

E. PENGOBATAN
Orang tua memainkan peran yang sangat penting dalam membantu perkembangan anak. Seperti anak-anak yang lainnya, anak autis terutama belajar melalui permainan. Bergabunglah dengan anak ketika dia sedang bermain, tariklah anak dari perilaku dan ritualnya yang sering diulang-ulang, dan tuntunlah mereka menuju kegiatan yang lebih beragam. Misalnya, orang tua mengajak anak mengitari kamarnya, kemudian tuntun mereka ke ruang yang lain. ]Kata-kata pujian karena telah menyelesaikan tugasnya dengan baik, kadang tidak berarti apa-apa bagi anak autis. Temukan cara lain untuk mendorong perilaku yang baik dan untuk mengangkat harga dirinya. Misalnya berikan waktu lebih untuk bermain dengan mainan kesukaannya jika anak telah menyelesaikan tugasnya dengan baik. Anak autis belajar lebih baik jika informasi disampaikan secara visual (melalui gambar) dan verbal (melalui kata-kata). Masukkan komunikasi augmentatif ke dalam kegiatan rutin sehari-hari dengan menggabungkan kata-kata dan foto, lambang atau isyarat tangan untuk membantu anak mengutarakan kebutuhan, perasaan dan gagasannya.
Tujuan dari pengobatan adalah membuat anak autis berbicara. Tetapi sebagian anak autis tidak dapat bermain dengan baik, padahal anak-anak mempelajari kata-kata baru melalui permainan. Sebaiknya orang tua tetap berbicara kepada anak autis, sambil menggunakan semua alat komunikasi dengan mereka, apakah berupa isyarat tangan, gambar, foto, lambang, bahasa tubuh maupun teknologi. Jadwal kegiatan sehari-hari, makanan dan aktivitas favorit, serta teman dan anggota keluarga lainnya bisa menjadi bagian dari sistem gambar dan membantu anak untuk berkomunikasi dengan dunia di sekitarnya.

F. PROGRAM INTERVENSI DINI
Hal terpenting yang bisa dilakukan oleh orang tua adalah menemukan program intervensi dini yang baik bagi anak autis. Tujuan pertama adalah menembus tembok penghalang interaksi sosial anak dan menitikberatkan komunikasi dengan orang lain melalui cara menunjuk jari, mengguanakan gambar dan kadang bahasa isyarat serta kata-kata. Program intervensi dini menawarkan pelayanan pendidikan dan pengobatan untuk anak-anak berusia dibawah 3 tahun yang telah didiagnosis mengalami ketidakmampuan fisik atau kognitif.Program intervensi dini terdiri dari: - Terapi fisik dan terapi okupasional (pengobatan dengan memberikan pekerjaan/kegiatan tertentu) - Terapi wicara dan bahasa - Pendidikan masa kanak-kanak dini - Perangsangan sensorik.

Labels:




Autisme pada Anak, Mengapa Bisa Terjadi?

KASUS penyakit autis saat ini semakin banyak terjadi di dunia, termasuk di Indonesia. Saat ini penyakit autis sudah dapat dideteksi sejak usia dini. Meski demikian, pengetahuan awam mengenai autis dan bagaimana menanganinya masih belum diketahui luas.

Autisme adalah suatu gangguan yang ditandai oleh melemahnya kemampuan bersosialisasi, bertingkah laku, dan berbicara. Autisme sering disebut dengan Autistic Spectrum Disorder (ASD).

Nah, untuk mengetahui apakah anak Anda mengidap autis, maka penting untuk mengetahui mulai dari gejala, tindakan kuratif (penyembuhan) hingga tindakan preventif (pencegahan), serta makanan apa yang baik dan tidak baik dikonsumsi oleh penderita autisme.

Sejalan dengan bulan "Autis Awareness", Sun Hope menggelar seminar kesehatan dengan mengambil tema "Autiskah Anakku?". Dalam seminar yang diselenggarakan di Kantor Pusat Sun Hope Indonesia ini, menghadirkan pembicara dr Irawan Mangunatmadja, Sp.A(K), dan bintang tamu artis Diah Permatasari.

Dalam seminar yang baru diadakan belum lama ini, dr Irawan memberikan pemahaman kepada para peserta seminar lebih jauh mengenai penyakit autis. "Penyakit autis memiliki gejala-gejala yang kemudian dapat membantu diagnosis dokter yang dapat dilihat dari perilaku para penderitanya," paparnya.

Menurut dr Irawan, anak autis memiliki gangguan komunikasi yang lemah. Artinya, tidak bisa berbicara atau memiliki keterlambatan bicara pada usia seharusnya. Kadang kesalahan yang terjadi diakibatkan kurang tahunya orangtua akan penyakit ini. Sehingga menganggap biasa anak yang telat bicara.

"Bila anak Anda mengalamai ciri tersebut, maka sebaiknya cepat konsultasikan pada dokter," sarannya.

Ciri lain yang dapat dilihat ialah anak memiliki gangguan interaksi sosial. Dengan kondisi demikian, anak sulit untuk diajak berkomunikasi. Tak hanya itu saja, lanjutnya, anak autis juga memiliki gangguan perilaku.

"Ciri khas lainnya dari gejala autis ialah anak sering melakukan kegiatan yang berulang. Seperti mukul-mukul sendiri atau suka memutar diri sendiri yang dilakukan berulang kali," terangnya.

Mengenai cara penanganan penyandang autis, ahli gizi Sun Hope Indonesia, Fatimah Syarief, AMG, StiP menuturkan untuk memberikan nutrisi tepat.

"Pada beberapa studi menunjukkan bahwa anak yang mengalami autisme ternyata juga alergi terhadap makanan tertentu. Penderita autis umumnya mengalami masalah pencernaan, terutama makanan yang mengandung casein (protein susu) dan gluten (protein tepung)," jelas Fatimah.

Karena kedua jenis protein tersebut sulit dicerna, maka akan menimbulkan gangguan fungsi otak apabila mengonsumsi kedua jenis protein ini. Sehingga perilaku penderita autis akan menjadi lebih hiperaktif.

Menurutnya, suplemen yang baik diperlukan penderita autis yang biasanya mengalami lactose intolerance (ketidakmampuan pencernaan untuk mencerna laktosa). Salah satu suplemen yang baik diberikan bagi penderita autis adalah sinbiotik.

"Sinbiotik yaitu gabungan probiotik dan prebiotik. Probiotik adalah mikroorganisme hidup yang dimakan untuk memperbaiki secara menguntungkan keseimbangan mikroflora usus," kata dia.

Anak autis, sambungnya, memerlukan vitamin C sebagai antioksidan. Adapun sumber terbaik yang dapat diberikan pada anak dengan kasus ini dapat berasal dari sayuran dan buah-buahan. Meski demikian, sebaiknya pilih sayuran dan buah-buahan yang tidak mengandung pengawet.

Ditambahkan Fatimah, beberapa spesies yang biasa digunakan antara lain mengandung Lactobacillus acidophilus, Lactobacillus casei, Bifidobacterium bifidum, Bifidobacterium infantis, Bifidobacterium longum, dan Streptococcus lactis. Sementara itu, prebiotik adalah substansi makanan yang dapat meningkatkan beberapa bakteri usus yang menguntungkan bagi kesehatan.





| 12-05-2008 |
Dari Seminar Autis di Graha Pena Jambi Independent

PENYAKIT autis bukanlah gangguan mental, bukan juga karena santet atau gangguan dari roh jahat. Penyakit ini murni karena gangguan perkembangan yang sangat kompleks pada anak. Gejalanya timbul sebelum anak itu mencapai usia tiga tahun. Hal ini terungkap dalam seminar autisme yang digelar Jambi Independent bekerja sama dengan Yayasan Bunga Bangsa dan Parent Support Group Sabtu (10/5) di Aula Lantai 3, Graha Pena Jambi Independent.



Menurut dr Pandji SpA, selaku pembicara pertama, autisme adalah penyakit, sehingga jika ada anak yang mengalami gejala autisme, perlu mendapatkan penanganan khusus. Tak hanya pola asuhnya saja, tapi juga makanannya. “Penyebabnya sendiri, karena adanya gangguan neurobiologis yang mempengaruhi fungsi otak sedemikian rupa, sehingga anak tidak mampu berinteraksi dan berkomunikasi dengan dunia luar secara efektif,” jelasnya dalam seminar tersebut.

Apa saja gejalanya?
Ia menyebutkan, gejalanya bermacam-macam, yakni anak sulit bersosialisasi dengan anak lainnya, tertawa atau tergelak tak pada tempatnya. Selain itu, tidak pernah atau jarang sekali kontak mata, tidak peka terhadap rasa sakit, lebih suka menyendiri dan menjauhkan diri, suka benda berputar, dan ketertarikan pada benda berlebihan. “Ini bisa dikenali sejak anak berusia 3-4 bulan. Jika anak diajak bicara, tidak ada respons apakah tertawa, respons mata dan sebagainya,” ujarnya.

Gejala lainnya yakni hiperaktif di mana melakukan aktivitas fisik berlebihan, tapi ada juga yang diam atau tidak melakukan apapun. Terkadang anak dengan gejala autis juga menuntut hal yang sama dan menetang perubahan terhadap hal yang bersifat rutin. Malah, mereka juga sering tidak peduli bahaya.

Pada anak autis, mereka juga mengalami kesulitan mengutarakan kebutuhan, suka menggunakan isyarat atau menunjuk dengan kata-kata. Mereka juga suka menekuni permainan aneh dalam waktu lama. Dalam berbahasa, mereka sulit berkomunikasi. “Cuma bisa bilang Ma, Pak. Padahal usia sebayanya sudah bisa berbahasa lebih dari itu. Makanya kadang dicampur dengan bahasa planet,” ujarnya.

Anak ini juga, kata dr Pandji, tak suka dipeluk atau disayangi, tidak tanggap terhadap isyarat bersikap seperti orang tuli. Anak dengan gejala autis biasanya tidak berminat terhadap metode pengajaran biasa. Makanya, lanjut dr Pandji, “Awalnya butuh sekolah khusus untuk melatihnya.”

Selanjutnya, pada anak autis mereka juga suka mengamuk atau memperlihatkan kesedihan berlebihan, kecakapan motorik kasar dan halus tidak seimbang. “Misal tidak bisa menendang bola, tapi bisa menumpuk balok.” Untuk memastikan gejala autis secara dini, saat ini telah dikembangkan suatu check list yang dinamakan M-CHAT. Biasanya yang ditanyakan, apakah anak Anda tertarik pada anak lain? Apakah anak Anda dapat menunjuk untuk memberitahu ketertarikannya pada sesuatu? Apakah anak Anda pernah membawa suatu benda untuk diperlihatkan pada orang tua? Apakah anak Anda dapat meniru tingkah laku Anda? Apakah anak Anda merespons bila dipanggil namanya? Bila Anda menunjuk mainan dari jarak jauh, apakah anak Anda akan melihat ke arah mana mainan tersebut? “Jika dari beberapa pertanyaan ini, jawabannya tidak, maka bisa jadi anak autis.”

Untuk penanganannya sendiri, saat ini sudah ada terapi therapi pengobatan metode LOVAAS, therapi sensori integrasi, terapi bicara, terapi bermain, dan terapi musik. “Selanjutnya perlu diet khusus yakni tidak boleh susu dan gandum, tidak salisilat yang ada pada apel, jeruk, strawberry, mangga muda, apricot, bebas fenol seperti pada jus apel, jus jeruk, cokelat, paracetamol dan zat warna,” terang dr Pandji.(*)



Kriteria Autis
Untuk hasil diagnosa, diperlukan total 6 gejala (atau lebih) dari nomor (1), (2) dan (3), termasuk setidaknya 2 gejala dari nomor (1) dan masing-masing 1 gejala dari nomor (2) dan (3).

1. Gangguan kualitatif dalam interaksi sosial yang timbal balik. Minimal harus ada dua dari gejala-gejala di bawah ini.

  • Tak mampu menjalin interaksi sosial yang cukup memadai: kontak mata sangat kurang, ekspresi muka kurang hidup, gerak-gerik kurang tertuju.
  • Tidak bisa bermain dengan teman sebaya.
  • Tak ada empati (tak dapat merasakan apa yang dirasakan orang lain).
  • Kurang mampu mengadakan hubu-ngan sosial dan emosional yang timbal balik.


2. Gangguan kualitatif dalam bidang komunikasi.
Minimal harus ada satu dari gejala-gejala di bawah ini:
  • Perkembangan bicara terlambat atau sama sekali tak berkembang. Anak tidak berusaha untuk berkomunikasi secara non-verbal.
  • Bila anak bisa bicara, maka bicaranya tidak dipakai untuk berkomunikasi.
  • Sering menggunakan bahasa yang aneh dan diulang-ulang.
  • Cara bermain kurang variatif, kurang imajinatif dan kurang dapat meniru.


3. Adanya suatu pola yang dipertahankan dan diulang-ulang dalam perilaku, minat dan kegiatan. Minimal harus ada satu dari gejala di bawah ini:
  • Mempertahankan satu minat atau lebih dengan cara yang sangat khas dan berlebihan.
  • Terpaku pada suatu kegiatan yang ritualistik atau rutinitas yang tidak ada gunanya.
  • Ada gerakan-gerakan aneh yang khas dan diulang-ulang.
  • Seringkali sangat terpukau pada bagian-bagian benda.


Sebelum umur 3 tahun, tampak adanya keterlambatan atau gangguan dalam bidang:
a. interaksi sosial
b. bicara dan berbahasa
c. cara bermain yang monoton, kurang variatif.

Autis bukan disebabkan oleh Sindroma Rett atau Gangguan Disintegratif Masa Kanak-kanak. Namun, kemungkinan kesalahan diagnosis selalu ada, terutama pada autis ringan. Hal ini biasanya disebabkan karena adanya gangguan atau penyakit lain yang menyertai gangguan autis yang ada, seperti retardasi mental yang berat atau hiperaktivitas.

Autis memiliki kemungkinan untuk dapat disembuhkan, tergantung dari berat tidaknya gangguan yang ada. Berdasarkan kabar terakhir, di Indonesia ada 2 penyandang autis yang berhasil disembuhkan dan kini dapat hidup dengan normal dan berprestasi. Di Amerika, di mana penyandang autis ditangani secara lebih serius, persentase kesembuhannya lebih besar.

Tips tambahan bagi orangtua
1. Temuilah dokter
Jika Anda menduga anak Anda menderita autis, temui seorang dokter ahli dan mintalah diagnosa. Mintalah penjelasan kepada mereka dan tanyakan sebanyak mungkin pertanyaan yang menurut Anda perlu ditanyakan. Bersikaplah kritis! Jangan menunggu mereka memberikan informasi kepada Anda, karena Anda akan menunggu begitu lama tanpa jawaban.

2. Carilah bantuan
Banyak anak cacat tidak pernah memperoleh bantuan, karena orangtua mereka merasa takut dan malu. Ingat, tidak ada hal yang telah Anda lakukan, yang menyebabkan kecacatan ini terjadi. Orang lain juga punya masalah yang serupa. Ada pertolongan untuk anak Anda. Teruslah mencari informasi.

3. Bersabarlah
Jangan menyerah. Ingatlah bahwa anak Anda tidak suka bertindak seperti itu, tetapi mereka hanyalah berusaha untuk mendapatkan perhatian dari dunia dan sekitar mereka.

4. Jangan berulang-ulang berusaha melatih sebuah tugas kepada anak
Penderita autis biasanya menolak perubahan aktivitas rutin. Memaksa anak autis melakukan sesuatu, bisa jadi malapetaka. Jika Anda melihat ia mengalami kesulitan, mundurlah dan cobalah untuk memecahkan tugas itu menjadi sesuatu yang lebih sederhana dan mudah dikerjakan.

dedy ard-berbagai sumber | Global




No comments: