Wednesday, June 11, 2008

KAUM FEODAL

Dinasti Qin, dinasti feodal pertama Tiongkok

cri

Pada tahun 221 sebelum Masehi, yaitu setelah berakhirnya sistem masyarakat perbudakan, lahirlah Dinasti Qin, dinasti feodal pertama dalam sejarah Tiongkok. Berdirinya Dinasti Qin mempunyai arti luar biasa dalam sejarah Tiongkok.

Masa dari tahun 255 sampai tahun 222 sebelum Masehi adalah Zaman Negara-negara Berperang dalam sejarah Tiongkok, juga adalah masa akhir sistem masyarakat perbudakan. Waktu itu di Tiongkok terdapat banyak negara kecil yang merdeka. Mereka saling menyerang dan saling mencaplok sehingga pada masa kemudian hanya tertinggal 7 negara besar, yang dijuluki sebagai "tujuh raksasa", yaitu Qin, Qi, Chu, Wei, Yan, Han dan Zhao. Di antara ke-7 negara itu, Negara Qin yang terletak di bagian barat laut Tiongkok menjadi perkasa dalam waktu pendek berkat reformasi militer dan pertanian yang dilakukannya terlebih dulu. Pada tahun 247 sebelum Masehi, Yin Zheng yang baru berusia 13 tahun naik takhta menjadi Raja Negara Qin. Ketika ia mampu memimpin negara pada usia 22 tahun, Yin Zheng mulai melaksanakan ambisinya untuk mencaplok 6 negara lainnya dan menyatukan Tiongkok. Untuk mewujudkan ambisi itu, Yin Zheng mulai merekrut personel yang berbakat. Siapa pun yang berbakat akan diberikan jabatan tertentu. Misalnya ia mempercayakan pembangunan"Kanal Zheng Guo" kepada mata-mata Zheng Guoxing dari Negara Han. Berkat pembangunan kanal tersebut, tanah alkali sebanyak 40 ribu hektar di Negara Qin diubah menjadi tanah garapan yang subur tak peduli musim kering atau banjir. Keberhasilan pertanian itu menyediakan syarat material yang cukup kepada Negara Qin untuk menyatukan Tiongkok.

Dalam waktu tak sampai 10 tahun antara tahun 230 dan 221 sebelum Masehi, Negara Qin yang dipimpin oleh Yingzheng berturut-turut membasmi negara-negara Han, Zhao, Wei, Yan, Chu dan Qi untuk menyatukan Tiongkok. Dengan berdirinya Dinasti Qin yang bersatu dan monarkis, berakhirlah sejarah keterpecahbelahan Tiongkok. Dengan demikian, Yinzheng menjadi kaisar pertama dalam sejarah Tiongkok, maka juga disebut sebagai "Qinshihuang" atau "Shi Huangdi", artinya "Kaisar Pertama".

Penyatuan Tiongkok oleh Negara Qin mempunyai arti sangat penting dalam sejarah Tiongkok. Pertama, secara politik, Kaisar Qinshihuang membatalkan sistem penganugerahan gelar kepangeranan dan wilayah dan melakukan sistem Jun dan kabupaten dengan membagi seluruh negeri menjadi 36 Jun yang lebih besar daripada kabupaten. Selain itu, pejabat pusat dan daerah semuanya dipilih dan diangkat langsung oleh sang kaisar dengan jabatan pemerintah tidak boleh diturunkan kepada generasi baru. Sistem pembagian negara dalam 36 Jun yang diprakarsai oleh Dinasti Qin kemudian berkembang menjadi sistem tetap tanpa perubahan dalam sejarah feodal Tiongkok selama dua ribu tahun lebih. Sekarang di Tiongkok masih terdapat banyak kabupaten dengan namanya ditetapkan pada Dinasti Qin dua ribu tahun yang lalu.

Sumbangan yang lain dalam penyatuan Tiongkok oleh Dinasti Qin termanifestasi pada huruf Kanji yang disatukannya. Sebelumnya di berbagai negara berperang terdapat huruf Kanjinya masing-masing. Biarpun huruf-huruf itu sama sumber asal usulnya dan pada pokoknya berkarakter sama, namun perbedaan yang ada tetap menghalangi penyebarluasan dan pertukaran kebudayaan. Setelah menyatukan Tiongkok, Dinasti Qin mulai berusaha menyatukan huruf Kanji di seluruh negeri dengan menetapkan huruf Kanji Xiaozhuan yang berlaku di Negara Qin sebagai huruf Kanji yang resmi. Sejak itulah, perkembangan huruf kanji berlangsung secara baku. Ini tak pelak lagi mempunyai arti tak ternilai bagi terbentuknya sejarah Tiongkok dan diwarisinya kebudayaan Tiongkok.

Selain itu, Dinasti Qin juga menyatukan ukuran panjang, isi dan berat seluruh negeri. Sama halnya seperti huruf kanji, sebelum penyatuan Tiongkok, ukuran panjang, isi dan berat di berbagai negara berperang berbeda-beda, ini sangat menghalangi perkembangan ekonomi. Sementara itu, Kaisar Qinshihuang juga menyatukan mata uang dan hukum Tiongkok sehingga telah menciptakan syarat perkembangan ekonomi, dan juga sangat memperkokoh kekuasaan pemerintahan pusat.

Untuk meningkatkan kekuasaan monarkis secara ideologis, pada tahun 213 sebelum Masehi, Kaisar Qinshihuang memerintahkan membakar semua kitab sejarah negara lain kecuali Kitab Sejarah Negara Qin serta kitab-kitab doktrin Pikiran Konfusius. Bahkan mereka yang berani menyimpan dan menyebarluaskan buku-buku tersebut dihukum mati. Sementara itu, untuk menghadapi serangan kekuasaan etnis minoritas di bagian utara Tiongkok, Kaisar Qinshihuang memerintahkan untuk memperbaiki tembok-tembok besar yang dibangun masing-masing oleh Negara Qin, Negara Zhao dan Negara Yan untuk disambung menjadi satu tembok besar yang melintang dari gurun pasir di bagian barat sampai pantai laut di bagian timur Tiongkok dengan panjangnya mencapai 5000 kilometer lebih. Sementara itu, Kaisar Qinshihuang mengerahkan 700 ribu tenaga kerja untuk membangun Makam Gunung Lishan yang memakan biaya sangat besar. Makam itu sekarang dikenal sebagai warisan dunia Makam Qin beserta prajurit dan kuda terakota.

Kaisar Qinshihuang berjasa dalam menyatukan Tiongkok dan mengakhiri situasi terpecah belah Tiongkok dalam jangka panjang dalam sejarah untuk mendirikan satu negara feodal yang perkasa dan multi etnis dengan etnis Han sebagai penduduk induknya. Sejak itu, Tiongkok melangkah maju membuka lembaran baru dalam sejarah.


No comments: