Sunday, June 1, 2008

Biografi



'Sekelumit Tentang Kehidupan Sosial dan Politik Sheikh Mohammad Abduh'

Sekelumit Tentang Kehidupan Sosial dan Politik Sheikh Mohammad Abduh


Kondisi politik dan sosial di masyarakat muslim dewasa ini menuntut setiap muslim untuk mengenal dan mengetahui perjuangan para ulama dan pengorbanan para pejuang Islam dalam menggerakkan dunia Islam ke arah kemajuan. Artikel ini ditulis untuk mengenalkan sekelumit tentang biografi serta berbagai sisi kehidupan sosial dan politik Sheikh Mohammad Abduh, ulama besar yang disegani di zamannya dan banyak melakukan perjuangan untuk kemajuan dunia Islam.

Biografi dan Karya

Sheikh Mohammad Abduh lahir pada tahun 1266 hijriyah di Mahallat Nasr, sebuah desa di negeri Mesir. Beliau lahir dengan nama Muhammad. Ayahnya dikenal dengan nama Abduh. Mohammad Abduh menjalani kehidupannya sebagai petani. Ketika menginjak usia 13 tahun, ayah beliau memaksanya untuk menimba ilmu agama Islam di pusat pendidikan agama yang dikenal dengan nama Jami’ Ahmadi. Mohammad Abduh tidak menyukai program pendidikan di sana sehingga memutuskan untuk meninggalkan lembaga pendidikan itu.

Tak lama, beliau kembali ke sekolah Jami’ Ahmadi setelah mendapat pengarahan memuaskan dari paman ayahnya yang bernama Sheikh Darwish. Setelah mengenyam pendidikan di Jami’ Ahmadi, Mohammad Abduh melanjutkan studinya ke Jami’ Al-Azhar. Selain berguru kepada Sheikh Darwish, Mohammad Abduh juga menimba ilmu dari sejumlah ulama termasuk Sayid Jamaluddin Asad-abadi (Afghani). Menuruti pesan Sayid Jamaluddin, Mohammad Abduh mempelajari ilmu-ilmu logika.

Setelah menyelesaikan program pendidikan, Muhammad Abduh mengambil posisi sebagai guru. Mohammad Abduh memiliki banyak murid yang di kemudian hari menjadi ulama-ulama dan cendekiawan terkenal diantaranya Mohammad Rashid Ridha, Saad Zaghlul, Thaha Husein, Abdul Qadir Maghribi, dan Musthafa Abdur Razzaq.

Selain mengajar, Mohammad Abduh juga aktif di medan politik. Keaktifan itulah yang membuatnya terlibat dalam kegiatan Partai Hezb Wathani. Mohammad Abduh ditunjuk untuk menjadi Pemimpin Redaksi Surat Kabar Waqai’ Mishriyyah atas usulan Riyadh Pasha, salah seorang menteri ketika itu. Ketika Sayid Jamaluddin membuat majalah al-Urwatul Wuthqa, Abduh ikut membantu gurunya.

Beberapa tahun setelah itu, dengan adanya transformasi politik dan sosial dalam skala besar di Mesir, Mohammad Abduh terpilih untuk duduk di Dewan Syura, yang berperan sebagai lembaga penasehat raja. Posisinya sebagai ulama yang dipandang, mendorong Mohammad Abduh untuk mewakafkan sisa umurnya demi melakukan reformasi pemikiran Islam dan kegiatan amal. Tahun 1889, penguasa Mesir menobatkannya sebagai mufti. Jabatan itu dipegangnya sampai beliau wafat tahun 1323 hirjiyah. Sheikh Mohammad Abduh meninggal dunia setelah menderita kanker.

Sheikh Mohammad Abduh meninggalkan banyak karta penulisan antara lain;

1- Ishlahul Mahakim al-Syar’iyyah

2- Tafsir Al-Manar, yang dilanjutkan oleh muridnya, Mohammad Rashid Ridha

3- Risalatut Tauhid

4- Syarh Nahjil Balaghah

5- Al-Islam, Ar-Radd ‘ala Muntaqidihi

Gerakan Reformasi Abduh

1- Mohammad Abduh adalah murid Sayid Jamaluddin Asad-abadi (Afghani). Meski demikian, keduanya memiliki pemikiran dan cara berjuang yang berbeda. Setelah Sayid Jamaluddin diasingkan dari Mesir, Mohammad Abduh memanfaatkan surat kabar di Mesir untuk menyampaikan pemikiran reformasinya. Dalam mengusung ide revolusionernya, Abduh sangat berhati-hati. Ia lebih banyak memberikan perhatian pada upaya pembaruan pemikiran dan pendidikan.

2- Walaupun terlibat dalam kehidupan berpolitik, namun Sheikh Mohammad Abduh menghindari sikap frontal dalam politik dan lebih memberikan perhatian pada masalah reformasi pemikiran.

3- Bagi Abduh reformasi pemikiran dan budaya umat Islam lebih penting dari segalanya.

4- Sheikh Mohammad Abduh meyakini prinsip kaderisasi dan peningkatan kemampuan sumber daya manusia.

5- Kebanyakan orang yang ada disekeliling Abduh, adalah para ulama, santri dan kalangan kampus. Merekalah yang meramaikan kuliah agama yang disampaikan Sheikh Mohammad Abduh.

6- Abduh meyakini bahwa melakukan gerakan reformasi terhadap masyarakat hanya bisa dilakukan dengan memperbaiki individunya. Meski demikian, ia tidak pernah lalai atau acuh terhadap kondisi sosial yang ada.

Reformasi Sosial

Mohammad Abduh yang pernah diasingkan ke luar negeri, mulai dari Beirut hingga menyusul gurunya Sayid Jamaluddin di Eropa, sekembalinya ke Mesir berhasil mendekati gubernur Mesir kala itu. Kedekatan itu dimanfaatkannya untuk menjalankan ide-idenya termasuk reformasi di Universitas Al-Azhar, antara lain memperbaiki sistem pendidikan, memberikan ijazah resmi pendidikan, memberikan layanan kesehatan bagi para pelajar agama, memperbaiki gaji para tenaga pengajar, dan meningkatkan layanan asrama bagi para pelajar agama. Beliau juga membenahi sistem waqaf dan melakukan reformasi pada sistem pengadilan syariat.

Reformasi Pemikiran Menuju Kebangkitan Umat Islam

Sheikh Mohammad Abduh meyakini bahwa untuk melawan kejumudan (kebekuan berpikir) dan pola pikir kebarat-baratan serta taqlid buta adalah dengan kembali kepada ajaran murni Islam. Sama seperti gurunya, Sayid Jamaluddin, Mohammad Abduh menolak kepercayaan bahwa pintu ijtihad telah ditutup. Beliau mencetuskan pemikiran untuk membuka pintu ijtihad serta pengembangan pemikiran dan penelitian Islam. Meski harus berhadapan secara pemikiran dengan para ulama Al-Azhar, namun Muhammad Abduh tetap memegang teguh keyakinannya dalam masalah ijtihad. Beliau meyakini bahwa ijtihad harus dilakukan oleh mereka yang memang layak untuk berfatwa.

Sheikh Muhammad Abduh mengajukan prakarsa yang berisi dua metodologi ijtihad. Pertama adalah kaedah maslahah yang sering digunakan oleh aliran Maliki dan Hanafi. Kaedah ini menurutnya penting untuk menyelesaikan masalah-masalah kontemporer. Kedua adalah kaedah talfiq, yaitu menggunakan pendekatan sintesis, dengan memilih yang terbaik setelah mengadakan perbandingan antara ijtihad para ulama` dari pelbagai aliran. Ijtihad bagi Abduh merupakan jalan terbaik untuk memecahkan kebekuan dan kejumudan pemikiran umat yang tidak berupaya menghadapi perubahan masyarakat dan zaman.

Pemikiran Politik Mohammad Abduh

Sheikh Muhammad Abduh mempunyai dua cita-cita. Pertama adalah persatuan dan kesatuan umat Islam. Kedua persatuan rakyat Mesir sebagai bagian dari dunia Islam. Meskipun antara kedua cita-cita itu tidak banyak kaitannya, namun beliau selalu menghindari pembahasan yang menyebutkan agama terpisah dari politik, sebab beliau memang tidak memiliki keyakinan yang demikian. Muhammad Abduh menyukai sebuah pemerintahan yang melibatkan rakyat sebagai pihak yang memberikan nasehat dan masukan. Karena itu, menurut beliau, para penguasa muslim seharusnya mengikuti ajaran syariat Islam dan tidak lupa untuk bermusyawarah dengan para ahli dalam menjalankan roda pemerintahan.

Pandangan Muhammad Abduh tentang Pendekatan Antar Madzhab

Tak berbeda dengan Sayid Jamaluddin, Sheikh Muhammad Abduh mencurahkan perhatian yang besar dalam masalah persatuan dunia Islam. Beliau menolak fanatisme golongan. Buku Syarh (penjelasan) Nahjil Balaghah yang ia tulis adalah langkah nyata Muhammad Abduh dalam melakukan pendekatan antar madzhab Islam. Dalam kitab itu, ia berulang kali menyatakan kecintaannya yang dalam kepada Imam Ali bin Abi Thalib (as). Bukan hanya dalam tubuh internal Islam, Muhammad Abduh juga melakukan upaya pendekatan dengan para pemeluk agama Kristen dan Yahudi. Langkahnya dalam hal ini ditunjukkan dengan membentuk sebuah perkumpulan dengan nama ‘Jam’iyyah al-Taqrib Baina Ahl Al-Islam wa Ahl Al-Kitab’.

Mengenai hubungan antar berbagai madzhab Islam Sheikh Mohammad Abduh meyakini pendekatan antar madzhab. Kaedah talfiq yang ia kemukakan menunjukkan hal itu. Sheikh Muhammad Abduh juga membentuk perkumpulan ‘Jam’iyyah Dar Al-Taqrib’, yang merupakan langkah nyata beliau dalam upaya pendekatan antar madzhab Islam. Ulama besar ini dikenal tegas dalam menolak pertikaian dan perselisihan antar para pengikut madzhab yang berbeda.

Rujukan:

1- Sheikh Muhammad Abduh/Sayid Mostafa Husseini Tabatabai

2- Sayyed Jamaluddin Husseini, Payeh Gozar-e Nehzat-haye Eslami/ Sadr Vaseqi

3- Andishe-e Eslahi dar Nehzat-haye Eslami Akhir/ Mohammad Javad Sahebi

4- Seiri dar Andishe-e SIyasi-e Arab/ Hameed Enayat

5- Mabani-e Nehzat-e Ehya-e Fekr-e Dini/ Mohammad Javad Sahebi

6- Tarikh-e Jonbesh-ha va Takapo-haye Faramansouneri dar Keshvar-haye Eslami/ Abdul Hadi Haeri

7- Esterateji-e Vahdat dar Andishe-e Siyasi-e Eslam/ Sayid Ahmad Movasseqi

8- Andishe-e Siyasi dar Eslam- eMesr/ Hameed Enayat, Bahauddin Khoram-shahi

9- Ensan Dusti dar Eslam-e Marsal Buvazer/ Mohammad Hassan Mahdavi Ardabeli va Gholam Hossein Yousefi







No comments: