Monday, June 2, 2008

Ishlah

Islam TIDAK MENGENAL Kebetulan

Bismillah,

Kita seringkali menyebut kata “Kebetulan” sebagai ungkapan untuk sesuatu hal yg tidak disangka-sangka. Misalnya, kita sedang berjalan-jalan, lalu saat melewati sebuah gang, kita menemukan uang sebesar Rp 100 ribu di jalan. Kita anggap hal itu sebagai kebetulan.

Contoh lain, Irham bertemu dengan Malika dalam sebuah pengajian. Selanjutnya mereka menikah dan bahagia hingga akhir hayat. Pertemuan keduanya, seringkali disebut sebagai kebetulan.

Atau anda bisa menyaksikan film “Serendipity”, yg menampilkan begitu banyak ‘kebetulan’ dalam adegan-adegannya.

Nah, bagaimana tanggapan Islam terhadap ‘Kebetulan’ ini?

Islam jelas-jelas MENOLAK peristiwa kebetulan ini!

Mari kita simak ayat ALLOH SWT berikut,“Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafaat di sisi Allah tanpa izin-Nya. Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.” (Al Baqarah(2):255 - Ayat Kursi)

Lalu perhatikan juga ayat berikut,“Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang gaib; tak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji pun dalam kegelapan bumi dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lohmahfuz). (Al An’aam(6):59)

Kemudian, mari kita simak lagi sifat ALLOH SWT, Ilmu (Maha Mengetahui), Sama’ (Maha Mendengar), Bashar (Maha Melihat), ‘Aliman (Dzat Yang Maha Mengetahui), Sami’an (Dzat Yang Maha Mendengar), Bashiran (Dzat Yang Maha Melihat).

Apabila kita pikirkan dan renungkan ayat-ayat dan sifat-sifat ALLOH SWT tersebut, maka jelaslah, bahwa Islam MENOLAK SAMA SEKALI kata kebetulan!

Dalam contoh pertama, ALLOH SWT sudah menetapkan rejeki bagi kita, dengan ‘menyediakan’ Rp 100 ribu di gang. Dan ALLOH SWT sudah tahu bahwa kita akan melewati gang tersebut.

Sementara untuk contoh kedua, jodoh sudah ditentukan ALLOH SWT. Adapun bagaimana mereka bertemu, itu adalah kuasa-Nya dalam menentukan.

Sebuah pernyataan yg menurut saya malah cenderung ‘melecehkan’ keberadaan Sang Khalik pernah saya temui saat kuliah. Dalam sebuah mata kuliah, dosen saya menjelaskan bahwa seorang ilmuwan terkenal menyatakan bahwa Tuhan BERMAIN DADU saat menciptakan dunia. Namun dosen saya tersebut juga menjelaskan ada ilmuwan yg menentang teori bermain dadu tersebut! Terus terang, sebagai seorang Muslim, saya tersinggung dengan pernyataan “bermain dadu” tersebut. Namun, ketersinggungan tersebut akhirnya saya ‘putar’ menjadi keprihatinan, saya malah kasihan dengan ilmuwan tersebut, karena terlalu mengedepankan akalnya. Bahkan malah menjadikan sosok Tuhan sebagai seorang penjudi, yg melempar dadu demi menentukan nasib/tindakan dia selanjutnya. Sebaliknya, terhadap ilmuwan yg menentangnya, saya melihat bahwa ilmuwan tersebut masih mendapatkan pencerahan dari-Nya.

Tentu saja, ini bukan berarti membuat kita menjadi tidak bergairah menghadapi hidup atau lantas ‘menyalahkan’ ALLOH SWT.

“Ah, saya sih gimana ALLOH SWT saja…toh semuanya sudah tertulis di sana…”
“Aduh, kami itu miskin karena sudah nasib kami. Gusti ALLOH memang menakdirkan demikian.”
“Buat apa belajar? Toh, nilai gw sudah ditentukan ALLOH kan?”

Itu jelas pernyataan2 yg salah dan tidak bertanggung jawab! ALLOH SWT tetap menyuruh kita, hamba-Nya, untuk berusaha sebelum akhirnya DIA menetapkan hasil yg didapat hamba-Nya. Mari kita lihat ayat yang menjadi ‘favorit’ saya,“Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.” (Ar Ra’du(13):11)

Nampak nyata bahwa ALLOH SWT tidak akan mengubah nasib hamba-Nya, kecuali mereka sendiri berikhtiar untuk itu.

Jadi, mari kita berikhtiar dengan sebaik-baik ikhtiar yang bisa kita lakukan!





Teman Yang Baik Adalah…

Masuk Kategori: Hikmah, Muamalah

Bismillah,

Pak Tanya (PT) dan Pak Jawab (PJ) bertemu kembali untuk kesekian kalinya. Kali ini, apa yang mereka perbincangkan? Mari kita ikuti…

PT:”Assalamu’alaykum wr wb, pak Jawab”
PJ:”Wa’alaykumsalam wr wb, pak Tanya…ada yang bisa saya bantu?”

PT:”Begini pak Jawab…saya ingin curhat.”
PJ:”Tumben ingin curhat, apa yg menjadi keluhan anda? Setahu saya anda tidak punya banyak keluhan..”

PT:”Wah, jangan begitu toh pak, saya juga manusia biasa, pasti ada keluhan..”
PJ:”Hmmm..oke…oke..maaf..Lalu, apa yg menjadi keluhan anda?”

PT:”Begini…saya ingin tahu apa yang dimaksud dengan teman yang baik..”
PJ:”Memangnya, anda ada masalah dg teman?”

PT:”Tentu saja, makanya saya bertanya demikian. Begini, saya mengalami masalah dengan teman2 saya.”
PJ:”Ada apa dengan teman anda?”

PT:”Sebelumnya, tolong jawab dulu, apa yang dimaksud dengan teman yg baik?”
PJ:”Oya, maaf…saya lupa. Teman yg baik, menurut Islam, adalah teman yg selalu mengajak kepada kebaikan, senantiasa menghindarkan kita dari perbuatan yg keji dan mungkar. Termasuk perbuatan yang sia-sia.”

PT:”Oooo…begitu ya pak?”
PJ:”Betul. Bahkan dalam salah satu pengajian yg pernah saya ikuti, sang ustad berkata,”Jika berteman dengan tukang pandai besi, kita akan terpercik bara api. Sementara jika kita berteman dengan tukang minyak wangi, maka sedikit banyak bau wangi akan tercium dari tubuh kita.” Karenanya kita mesti memperhatikan siapa teman2 kita.”

PT: *mengangguk-angguk*
PJ:”Lantas, apa masalah anda, pak Tanya?”

PT:”Oh ya…hampir lupa. Begini, saya merasa teman saya kok rasanya tidak sesuai dengan kriteria pak Jawab. Tiap saya bertemu atau beraktivitas dengan mereka, kok saya tidak merasakan adanya kebaikan…err..maksud saya, kebaikan mungkin ada, tapi persentasinya kuecil sekali.”
PJ:”Maksud anda?”

PT:”Wah, saya sulit menjelaskannya. Mudahnya begini…belakangan ini ucapan dan sikap mereka cenderung meresahkan hati saya. Kok yaaa…keterlaluan begitu, ngomong kok yaaa dikontrol sedikit. Lha ini kok malah seenaknya?”
PJ:”Yaa…jika anda merasa resah, tidak ada salahnya anda tinggalkan mereka.”

PT:”Memang, saya sudah lakukan itu. Saya sudah jarang mengunjungi teman2 saya itu. Lha wong tiap kali bertemu dengan mereka, tujuannya seringkali tidak jelas. Nongkrong2 di satu tempat hingga pagi malah…walhasil saya sering terlambat bekerja.”
PJ:”Lah…lah…lah…kok ya bisa nongkrong hingga pagi seperti itu? Lebih baik kan waktunya digunakan untuk sholat malam atau sejenisnya. Memangnya teman2 anda tidak bekerja?”

PT:”Tentu saja bekerja…tapi entahlah, saya sendiri juga tidak mengerti. Bahkan saya bingung, apakah kantor mereka tidak menegur mereka?”
PJ:”Hmmm…”

PT:”Jadi, pak Tanya…apa yg mesti saya lakukan?”
PJ:”Usaha dan tindakan pak Tanya sudah benar. JAUHI MEREKA. Seperti yg saya utarakan tadi di atas, jika TEMAN ANDA malah membawa KEBURUKAN/KEMUDHARATAN, lebih baik ANDA TINGGALKAN.”

PT: *mengangguk-angguk*
PJ:”Terlebih lagi, sedikit banyak teman bergaul anda bisa mempengaruhi cara pikir anda. Jika anda selalu berteman dengan tukang sampah, maka anda akan menganggap hal-hal yg kotor sebagai sesuatu yg biasa. Padahal, bagi orang lain, yg normal maksudnya, hal tersebut menjijikkan.”

PT:”Lho, pak Jawab…memangnya salah jika berteman dengan tukang sampah?”
PJ:”Tidak…tidak ada salahnya. Tapi saya lihat anda sebenarnya memiliki potensi yg baik, dan berasal dari keluarga baik-baik. Mengapa anda harus memaksakan diri berteman dg tukang sampah? Jika anda berteman dg PENGELOLA SAMPAH, itu baik, karena dia pasti berpikir bagaimana mengolah sampah. Dan saya yakin, dia tidak lantas mesti bercampur langsung dengan sampah.”

PT: *mengangguk-angguk*
PJ:”Jika anda ingin sukses, anda justru mesti banyak bergaul dengan orang2 sukses. Saya lihat banyak teman anda yg cukup sukses, serta punya kepribadian yg baik. Banyak2 bergaul dengan mereka. Pola pikir mereka, saya yakin, akan banyak bermanfaat bagi usaha mencapai sukses seperti yg anda harapkan.”

PT:”Ok, pak Jawab…terima kasih atas pencerahannya.”
PJ:”Sama-sama…”

PT:”Saya pamit dulu. Assalamu’alaykum wr wb.”
PJ:”Wa’alaykumsalam wr wb.”


No comments: